Perlukah Cemburu ?
Lama sekali rasanya tak menginjakkan jejak disini.
Hampir 1 semester mungkin setelah ku menikah.
Dan baru kali ini muncul dengan ketikan absurd ini dengan judul yang sedikit mengernyitkan dahi (?)
Kok bisa, baru nikah jalan 1 semester udah cemburuan.
Sebelum curhat tentang cemburu cemburuan, aku pengen berbagi cerita tentang asiknya nikah.
Kok asyik ?
Jelas nikah itu asyik.
Ya dengan nikah itu artinya kamu punya pasangan hidup yang layaknya ayah, teman, sahabat, yang saling menjaga yang saling melindungi saling menyayangi saling perhatian dan definisi luas lainnya yang tak bisa di tulis disini, nanti bisa sampai lahiran aku ngetiknya gak selesai hehe
Menikah itu berarti sudah siap dengan segala perubahannya. Berubah sifatnya berubah kebiasaannya berubah formasi keluarga berubah pengeluarannya ๐ dan lainnya. Tapi bukan maksud mendikte merubah pola satu sama lain. Ya demi kebaikan bersama kita harus berjuang bersama. Kunci dalam berumah tangga adalah saling memberi bukan saling menuntut.
Alhamdulillah perjalanan pernikahan ini, banyak dilalui suka, bahagianya. Walaupun tak elak ada sedikit bumbu asam pedas asinnya. Hal yang pasti dirasakan dalam mengarungi bahtera rumah tangga. Dari beberapa asam pedas asin tersebut adalah soal cemburu. Cemburu itupun datang dengan sendirinya. Cemburu sederhananya adalah ketika seseorang merasakan suasana hati yang panas atau ketidak sesuaian hati dengan apa yang dirasakannya, perasaan yang sedikit kurang menyenangkan.
Ya, sebagai wanita yang perbandingan akal dan perasaannya lebih menonjol perasaannya pastilah sering merasakan yang namanya cemburu. Contohlah diriku ini. Hal kecil yang kadang bisa membuatku cemburu dengan suami. Ketika sang suami asyik bersama orang lain, ngobrol atau bermain atau apapun itu, hati ini tak terasa merasakan sebuah kecemburuan kenapa keberadaanku seperti tak dianggap, layaknya cicak yang ada didinding tapi tak pernah dianggap. Apalagi cemburuku lebih besar kepada adik suamiku, entah kenapa ketika bertiga berkumpul bersama, suami lebih asik dengan adiknya daripada aku. Ini bukan perasaanku saja memang faktanya seperti itu. Sudah nimbrung dengan ikut ngobrol saja sepertinya acuh. Sering aku mengalah dengan diam atau malah pergi ke tempat yang aku bisa tenang walau kadang tiba-tiba saja air mata mengalir, seakan terlalu berlebihan melankolis rasanya, kok bisa begitu.
Suka cemburu jika sang suami terlihat lebih sayang lebih perhatian dengan adiknya padahal akulah istrinya yang harusnya lebih disayang dan lebih diperhatiin disaat bersamaan. Apakah karena adik itu saudara kandung yang menjadi prioritas nya yang merupakan janjinya kepada almarhum dan aku adalah seorang pendatang. Entahlah apa yang aku pikirkan saat seperti itu. Terlalu berfikir negatif.
Cemburuku juga bukan hanya saja mengenai itu, cemburu yang kurasakan juga cemburu dengan pekerjaan dan sifatnya. Ketika diwaktu bekerja mencari nafkah suamiku termasuk jarang dalam hal memberikan kabar dan harus aku tanyakan dulu atau aku beri sebuah kata romantis seperti iloveyou. Yang aku inginkan ketika suami sedang bekerja adalah suami meluangkan waktunya untuk sekedar chat sudah makan atau belum ? Jangan lupa vitaminnya? Sedang apa ? Masak apa hari ini ?Atau sekedar ucapan iloveyou, ucapan itu yang sering aku tunggu tunggu, mungkin bagi suamiku daripada kata-kata lebih baik tindakan nyata. Tapi tak ada salahnya lah ya dengan memberikan kalimat itu ketika sedang sibuk bekerja. Karena dari perhatian kecil seperti itu hati sang istri berbunga-bunga setiap hari. Sederhana simpel dan sangat sangat bermakna.
Dan tentang cemburuku dengan sifatnya. Adalah suamiku yang pendiam, yang memang sifat aslinya seperti itu. Tapi seharusnya itulah sifat dulu sebelum menikah. Mungkin idealisku yang terlalu berharap suamiku mau terbuka denganku tentang apapun setelah menikah. Karena kita adalah suami istri yang segala keluh kesah di dalamnya tahu semua. Aku selalu menantikan suamiku bercerita atau curhat tentang kesehariannya. Bagaimana pekerjaannya, ada cerita lucu apa sih hari ini, apa yang diperolehnya hari itu, atau ada masalah apa yang mungkin dialaminya. Kadang suka sebel kenapa harus tahu dari seseorang tentang apa yang suami tahu atau suami alami tapi tak suami ceritakan atau kabarkan kepadaku.
Kadang cemburuku membawa kesedihan lalu tak terasa air mata tiba-tiba sudah mengalir bak danau kalau ditampung. Tak tega dengan janinku, aku harus selalu happy, happy denganmu hhappy dengan suami.
Cemburuku bentuk terlalu sayangnya kepada suamiku. Dan terlalu lengketnya aku dengan suami. Ditinggal kerja saja sudah kangen. Pengennya deket terus.
Dan suamiku adalah orang yang paling menyayangiku yang tak melihat bagaimana kekurangan diriku ini, yang selalu memberikan perhatian bagaimanapun caranya. Terimakasih atas segalanya, Iloveyou so much my beloved husband ๐ . Maafkan aku atas keegoisanku dengan cemburuku ini ๐
Hampir 1 semester mungkin setelah ku menikah.
Dan baru kali ini muncul dengan ketikan absurd ini dengan judul yang sedikit mengernyitkan dahi (?)
Kok bisa, baru nikah jalan 1 semester udah cemburuan.
Sebelum curhat tentang cemburu cemburuan, aku pengen berbagi cerita tentang asiknya nikah.
Kok asyik ?
Jelas nikah itu asyik.
Ya dengan nikah itu artinya kamu punya pasangan hidup yang layaknya ayah, teman, sahabat, yang saling menjaga yang saling melindungi saling menyayangi saling perhatian dan definisi luas lainnya yang tak bisa di tulis disini, nanti bisa sampai lahiran aku ngetiknya gak selesai hehe
Menikah itu berarti sudah siap dengan segala perubahannya. Berubah sifatnya berubah kebiasaannya berubah formasi keluarga berubah pengeluarannya ๐ dan lainnya. Tapi bukan maksud mendikte merubah pola satu sama lain. Ya demi kebaikan bersama kita harus berjuang bersama. Kunci dalam berumah tangga adalah saling memberi bukan saling menuntut.
Alhamdulillah perjalanan pernikahan ini, banyak dilalui suka, bahagianya. Walaupun tak elak ada sedikit bumbu asam pedas asinnya. Hal yang pasti dirasakan dalam mengarungi bahtera rumah tangga. Dari beberapa asam pedas asin tersebut adalah soal cemburu. Cemburu itupun datang dengan sendirinya. Cemburu sederhananya adalah ketika seseorang merasakan suasana hati yang panas atau ketidak sesuaian hati dengan apa yang dirasakannya, perasaan yang sedikit kurang menyenangkan.
Ya, sebagai wanita yang perbandingan akal dan perasaannya lebih menonjol perasaannya pastilah sering merasakan yang namanya cemburu. Contohlah diriku ini. Hal kecil yang kadang bisa membuatku cemburu dengan suami. Ketika sang suami asyik bersama orang lain, ngobrol atau bermain atau apapun itu, hati ini tak terasa merasakan sebuah kecemburuan kenapa keberadaanku seperti tak dianggap, layaknya cicak yang ada didinding tapi tak pernah dianggap. Apalagi cemburuku lebih besar kepada adik suamiku, entah kenapa ketika bertiga berkumpul bersama, suami lebih asik dengan adiknya daripada aku. Ini bukan perasaanku saja memang faktanya seperti itu. Sudah nimbrung dengan ikut ngobrol saja sepertinya acuh. Sering aku mengalah dengan diam atau malah pergi ke tempat yang aku bisa tenang walau kadang tiba-tiba saja air mata mengalir, seakan terlalu berlebihan melankolis rasanya, kok bisa begitu.
Suka cemburu jika sang suami terlihat lebih sayang lebih perhatian dengan adiknya padahal akulah istrinya yang harusnya lebih disayang dan lebih diperhatiin disaat bersamaan. Apakah karena adik itu saudara kandung yang menjadi prioritas nya yang merupakan janjinya kepada almarhum dan aku adalah seorang pendatang. Entahlah apa yang aku pikirkan saat seperti itu. Terlalu berfikir negatif.
Cemburuku juga bukan hanya saja mengenai itu, cemburu yang kurasakan juga cemburu dengan pekerjaan dan sifatnya. Ketika diwaktu bekerja mencari nafkah suamiku termasuk jarang dalam hal memberikan kabar dan harus aku tanyakan dulu atau aku beri sebuah kata romantis seperti iloveyou. Yang aku inginkan ketika suami sedang bekerja adalah suami meluangkan waktunya untuk sekedar chat sudah makan atau belum ? Jangan lupa vitaminnya? Sedang apa ? Masak apa hari ini ?Atau sekedar ucapan iloveyou, ucapan itu yang sering aku tunggu tunggu, mungkin bagi suamiku daripada kata-kata lebih baik tindakan nyata. Tapi tak ada salahnya lah ya dengan memberikan kalimat itu ketika sedang sibuk bekerja. Karena dari perhatian kecil seperti itu hati sang istri berbunga-bunga setiap hari. Sederhana simpel dan sangat sangat bermakna.
Dan tentang cemburuku dengan sifatnya. Adalah suamiku yang pendiam, yang memang sifat aslinya seperti itu. Tapi seharusnya itulah sifat dulu sebelum menikah. Mungkin idealisku yang terlalu berharap suamiku mau terbuka denganku tentang apapun setelah menikah. Karena kita adalah suami istri yang segala keluh kesah di dalamnya tahu semua. Aku selalu menantikan suamiku bercerita atau curhat tentang kesehariannya. Bagaimana pekerjaannya, ada cerita lucu apa sih hari ini, apa yang diperolehnya hari itu, atau ada masalah apa yang mungkin dialaminya. Kadang suka sebel kenapa harus tahu dari seseorang tentang apa yang suami tahu atau suami alami tapi tak suami ceritakan atau kabarkan kepadaku.
Kadang cemburuku membawa kesedihan lalu tak terasa air mata tiba-tiba sudah mengalir bak danau kalau ditampung. Tak tega dengan janinku, aku harus selalu happy, happy denganmu hhappy dengan suami.
Cemburuku bentuk terlalu sayangnya kepada suamiku. Dan terlalu lengketnya aku dengan suami. Ditinggal kerja saja sudah kangen. Pengennya deket terus.
Dan suamiku adalah orang yang paling menyayangiku yang tak melihat bagaimana kekurangan diriku ini, yang selalu memberikan perhatian bagaimanapun caranya. Terimakasih atas segalanya, Iloveyou so much my beloved husband ๐ . Maafkan aku atas keegoisanku dengan cemburuku ini ๐
Comments
Post a Comment