Trauma
Ketakutanku dari kejadian itu menjadi kenyataan. Ketakutan akan kejadian yang pernah saya alami setahun yang lalu. Lebih tepatnya disebut trauma. Trauma akan kecelakaan, trauma ditabrak.
Kejadian terjadi ketika saya pulang ke rumah. Seperti biasa, saya pulang di waktu sore hari menuju Maghrib. Hari itu ada agenda untuk mengurus persiapan acara untuk hari Minggu besok. Hari Senin saya berangkat pagi jam 09:00, sesuai janji dengan teman-teman. Selesai acara, jam ba'dha Dzuhur saya ada agenda lagi. Tapi Allah belum mengijinkan saya untuk segera menyelesaikan agenda tersebut, turunlah hujan dengan derasnya. Sayapun menunggu hujan reda sampai jam 4 sore. Karena belum membeli oleh-oleh untuk agenda tersebut. Saya menyempatkan dulu untuk membeli oleh-oleh. Tak terasa hujan menembus mantol hingga ke baju. Dingin ku rasa hingga kulit menjadi pucat keriput. Akhirnya saya dan teman saya mengurungkan niat kami. Diagendakan lagi besok Selasa. Saya putuskan untuk segera pulang ke rumah dengan di temani hujan yang semakin deras lagi. Kali ini benar-benar dingin sekali. Hingga tangan kaku untuk menarik gas motor. Komat kamit berbagai dzikir keluar dari mulut. Hanya untuk memohon keselamatan dan perlindungan dari Rabbku.
Lega rasanya, dari kejauhan rumah (orang tua) ku sudah nampak. Artinya tinggal sedikit lagi sampai ke rumah. Hujan-hujan gini hangat sekali di dalam rumah, pikirku.
Dari kejauhan sekitar 25 meter dari rumah (orangtua) ku, lampu sein motor ke kanan saya hidupkan, tangan kiri melambai-lambai sebagai tanda untuk pengendara di belakang agar berhati-hati. Berhenti sebentar di tengah marka menunggu mobil lewat. Belum belok ke rumah, kalimat Astaghfirullahal'adzim keluar berpululuh puluh kali dari mulutku, seketika saya terjatuh dari motorku. Tergeletak di jalan raya. Tiba-tiba berkerumun banyak orang. Saya dibopong seseorang. Banyak ku dengar orang-orang mengucap kalimat istighfar dan takbir. Ku lihat 2 orang juga tergeletak di jalan raya. Dan sebuah motor lainnya yang hancur dan terpental jauh dari pandanganku. Suara ibu dari rumah terdengar jelas menyebut namaku. Saya dibopong menuju rumah. Ibu masih histeris. Alhamdulillah berkat perlindungan Allah saya tidak ada luka lecet apapun. Dengan tegas saya bilang berkali-kali, "kulo mboten nopo-nopo buk, niko ditulungi mawon sek nabrak kulo".
____________________SKIP_______________________
Tak sanggup saya mengetik lagi. Saya ditabrak motor ngebut dari belakang. Sungguh mengerikan kejadian kemarin. Membuat trauma berkepanjangan. Sampai saat ini belum berani melihat jalan raya. Jadwal kuliah pun saya meliburkan diri. Mungkin baru masuk minggu besok. Badan juga masih terasa pegal linu tak karuan.
Astaghfirullah, sungguh tiada daya kecuali atas perlindunganNYA. Bersyukur tiada henti masih diberikan keselamatan. Terimakasih ya Allah.
Comments
Post a Comment