Ketika Mereka Tanya

Ketika mereka tanya apa cita-cita profesiku nanti.
Polisi, PNS, Dokter, programer ... ?
Dari dalam lubuk hati, benar-benar saya belum punya jawaban.
Tak jelas apa cita-cita profesi yang aku inginkan.
Sejalan waktu hanya berupaya menjadi orang yang tekun, rajin, beriman, taqwa dan beberapa bekal yang akan ku bawa dimasa yang akan datang.
Hanya mengikuti alur Rabbku.
Tak ingin membuat takdir sendiri.
Bukan berarti mengikuti arus sungai saja tanpa prinsip.
Prinsip ku, carilah ilmu sebanyak-banyaknya, teruslah mencari ilmu, ilmu tak melulu soal sekolah, alamku adalah tempat mencari berbagai macam ilmu. Ilmu hidup terutamanya. Ilmu hidup tak ada di sekolah, ilmu hidup adalah pengalaman dari seseorang ataupun dari pengalaman sendiri, dari kehidupan sekitar kita, bekal untuk menggapai kehidupan yang terarah. Jangan melenceng dari keyakinan agamamu. Terus ikuti sesuai dengan tuntunan yang ada (Al-Quran, hadist).
Ketika seseorang sudah mendapatkan ilmu dan bisa memanfaatkan apa yang sudah dicari. Maka tak heran dia bisa berdiri kokoh dengan pondasinya.
Soal rezeki, aku tak pernah berharap ini itu. Selalu yakin bahwa rezeki selalu menanti selalu hinggap ketika aku bisa bermanfaat untuk sekitar di jalan Allah. Dan selama aku masih haus mencari ilmu.
Dengan ilmu kita jadi pintar dalam bersyukur.
Anyway ketika nanti menikah pun aku tak memaksakan diri untuk mencari pekerjaan, sepertinya aku lebih suka di rumah mendidik merawat anak-anak dan suami. Dan yang jelas semua pekerjaan nanti atas seijin suami. Senang bukan, bisa merawat mendidik anak sendiri. Karena Ibu adalah madrasah pertama bagi anak-anaknya. Sebuah prestasi gemilang dan sebuah investasi keluarga bisa mendidik anak menjadi  anak yang sholeh sholehah.
Biarlah suami dengan lega bertugas memenuhi tanggung jawabnya.
Makanya sebelum menikah sebelum mengemban amanah sebagai istri nanti, saya manfaatkan waktu ini dengan kesana kemari walau sendiri untuk mencari ilmu, ya bukan berarti menikah jadi putus mencari ilmu, karena nanti kalau udah nikah kan nggak bebas seenaknya sendiri, harus ijin harus sama suami tuh, biar nggak dikira apa gitu sendiri sendiri mulu.
Wadohhh jauh banget ini plannya, belom nikah coy 😱
Haha itu beberapa nasehat dari guruku waktu itu.
Gak papa lah namanya juga rencana.
Manusia merencana Allah yang menentukan.
-
Mereka bertanya juga tentang siapa si orang yang aku suka, apakah sudah pernah berpacaran, sepertinya aku kurang peka terhadap lawan jenis.
Tentang orang yang aku suka, pasti ada. Hanya 1 orang saja. Dan masih dirahasiakan, hanya aku dan Allah yang tahu. Sebisa mungkin aku pendam. Saya lebih suka diam saja. ya walaupun kadang jadi galau tak menentu. Maka dari itu jarang orang tahu akan hal itu. Berpacaran ? Saya antipati menyoal pacaran. Ya sih banyak beberapa orang mengajaknya, dari TK - sekarang, tapi saya mending menghindar. Singkat cerita dulu, dulu sekali pernah kejebak cinta monyet, Alhamdulillah terselamatkan.
Karena kena makcomblang dari teman-teman. Padahal tidak ada rasa sedikitpun. Haha lucu waktu itu.
Dengan tidak pacaran adalah sebuah prestasi besar di jaman millenium ini. Dan aku sedang menggapai prestasi tersebut.
Kepekaan lawan jenis. Dilihat dari cover, cuek bebek mungkin. Tapi menyoal hati. Bak kerupuk kesiram air kok. Kena gombal dikit, hati berbunga-bunga, tapi ya sebentar, setelah itu biasa lagi, malah tak balik gombalin wkwkwk.
Ya begitulah singkatnya hehe. 😊

Comments

Popular posts from this blog

Grafika Komputer

Tradisi Ruwatan Rambut Gembel Dieng, Wonosobo