Ketika Jalan Raya Bukan Sekedar Raya
Saya selaku pengendara motor sering mengamati sekeliling jalan. Mulai dari makhluk hidup sampai benda mati. Seringnya lebih mengamati kendaraanya. Dari yang kendaraan bagus sampai jelek, dari yang tak berasap sampai yang mengepul berasap, dari plat jadul sampai plat baru. Saya bisa berkendara motor sendiri sejak saya SMK Kelas 3. Tidak diajari dan tidak ada yang mengajari. Dengan tekad bulat bawa motor keluar ,lalu gas dan ambil gigi, pada waktu itu bawa motor bebek. Enaknya jadi pengendara adalah bisa kemana-mana semau sendiri dan tidak saling menggantungkan, malah bisa menjadi ladang amal, nebengi temen misalnya.
Inilah yang selama ini saya amati ketika di jalan raya. Motor dengan plat nomor baru banyak berkeliaran. Tak ayal jika jalan raya semakin hari semakin ramai padat dan macet. Coba tengok banyak dealer saling lomba memberikan promo. Semakin gampang masyarakat dalam membeli motor. Mulai dari DP 0%, cicilan sekian persen, diskon sekian persen dan lain sebagainya. Pokoknya dealer saling lomba untuk mencari konsumen. Karena karyawan dealer juga seorang manusia yang membutuhkan kebutuhan sehari-hari yang juga harus dituntut mencapai target yang ditargetkan. Yang membuat saya miris bukan banyaknya motor di jalan raya. Tapi banyaknya konsumen yang akhirnya terlena dengan promo-promo demikian. Yang akhirnya tak terasa termakan riba. Baik karyawan maupun konsumen pembelinya. Tak habis pikir, sebenarnya mereka faham riba atau tidak sih ? Kok semakin hari semakin menggila penjualan sepeda motor. Hampir tiap hari saya melihat motor dengan plat nomor berwarna putih bisa 3-5 kali. Ya semoga saja yang saya lihat ini adalah mereka yang beli motor dengan cara cash atau tunai tanpa kredit berbunga. Sebenarnya saya kasihan dengan orang yang rela kredit dengan alasan untuk mencari rezeki memperlancar pekerjaannya. Disisi lain memperlancar pekerjaan disisi lain juga memperlancar dosa yang tak terasa mengalir terus. Baik sedang masa kredit maupun seusai kredit. Karena barang ini ambilnya kredit, jadi sampai kapanpun akan tetap bernilai kredit.
Bukan menjudge mereka yang membeli motor dengan cara kredit berbunga itu dosa. Tetap kembali ke niat awal, untuk apa mereka kredit. Wallahu a'lam, semoga Allah memberikan hidayah dan memperlancar rezekinya.
Saran saya, mending lebih banyak bersabar dulu. Tabung dulu uang yang ingin duganakan untuk membeli kebutuhan dengan nominal uang yang tak bisa dijangkau dengan cepat. Bismillah tabung dulu uangnya, niatkan menabung untuk membeli barang yang diinginkan dengan tujuan kepada Allah. InsyaAllah Allah akan memperlancar hajatmu. Jangan terburu-buru dan gampang teriming-imingi oleh promo yang demikian yang menjadikannya menjadi haram. Sungguh merugi, bukan untung tapi malah buntung di akhirat !
Inilah yang selama ini saya amati ketika di jalan raya. Motor dengan plat nomor baru banyak berkeliaran. Tak ayal jika jalan raya semakin hari semakin ramai padat dan macet. Coba tengok banyak dealer saling lomba memberikan promo. Semakin gampang masyarakat dalam membeli motor. Mulai dari DP 0%, cicilan sekian persen, diskon sekian persen dan lain sebagainya. Pokoknya dealer saling lomba untuk mencari konsumen. Karena karyawan dealer juga seorang manusia yang membutuhkan kebutuhan sehari-hari yang juga harus dituntut mencapai target yang ditargetkan. Yang membuat saya miris bukan banyaknya motor di jalan raya. Tapi banyaknya konsumen yang akhirnya terlena dengan promo-promo demikian. Yang akhirnya tak terasa termakan riba. Baik karyawan maupun konsumen pembelinya. Tak habis pikir, sebenarnya mereka faham riba atau tidak sih ? Kok semakin hari semakin menggila penjualan sepeda motor. Hampir tiap hari saya melihat motor dengan plat nomor berwarna putih bisa 3-5 kali. Ya semoga saja yang saya lihat ini adalah mereka yang beli motor dengan cara cash atau tunai tanpa kredit berbunga. Sebenarnya saya kasihan dengan orang yang rela kredit dengan alasan untuk mencari rezeki memperlancar pekerjaannya. Disisi lain memperlancar pekerjaan disisi lain juga memperlancar dosa yang tak terasa mengalir terus. Baik sedang masa kredit maupun seusai kredit. Karena barang ini ambilnya kredit, jadi sampai kapanpun akan tetap bernilai kredit.
Bukan menjudge mereka yang membeli motor dengan cara kredit berbunga itu dosa. Tetap kembali ke niat awal, untuk apa mereka kredit. Wallahu a'lam, semoga Allah memberikan hidayah dan memperlancar rezekinya.
Saran saya, mending lebih banyak bersabar dulu. Tabung dulu uang yang ingin duganakan untuk membeli kebutuhan dengan nominal uang yang tak bisa dijangkau dengan cepat. Bismillah tabung dulu uangnya, niatkan menabung untuk membeli barang yang diinginkan dengan tujuan kepada Allah. InsyaAllah Allah akan memperlancar hajatmu. Jangan terburu-buru dan gampang teriming-imingi oleh promo yang demikian yang menjadikannya menjadi haram. Sungguh merugi, bukan untung tapi malah buntung di akhirat !
Comments
Post a Comment