Merindu (2)

Setelah malam kecemburuanku itu. Hari-hari berikutnya aku jalani dengan pikiran dan hati yang lebih jernih nan tenang. Mencoba untuk tidak terlalu dibawa rasa.
Aku telaah lagi kalimat itu. Sepertinya aku telah salah menelaah, terlalu dibawa ego cemburu. 
Kamu sedang mencari jodoh, kamu tahun ini akan serius mencari jodoh. Bukan tahun ini menikah. Semoga apa yang aku artikan dari kalimatmu itu benar. 

Sungguh aku sangat sangat merindukanmu. Maafkan aku yang telah terlalu menjadi pecandu akan pribadimu, 
Entah kenapa hari-hari yang kulalui kemarin, pikiran dan hati inipun seakan malah yang ada hanya sesosok pribadimu saja. 
Bingung tak terarah, kemana aku akan berbagi cerita bahwa aku rindu. Aku hanya bisa curhat kepada sang pembolak balik hati dan lewat ketikan ini. 
Bukan aku tak mau berbagi cerita dengan kedua orang tuaku, saudaraku, sahabatku, temanku. Karena aku sudah terlanjur terlalu nyaman untuk curhat kepada Rabbku dan lewat ketikan ini (tak ada tanya jawab).

Hanya kalimat istighfar yang terus terucap dibibir. 
Ketika hati sudah tidak sinkron dengan otak. Karena hati ini tertiba-tiba merasakan rindu yang amat sangat tertahan. 
Rindu ini ingin sekali diluapkan, walaupun hanya melihatmu dari jauh saja, itu sudah cukup. 
Rindu ini sangat menyita waktuku. Dengan bolak balik melihat media sosialmu yang tak kunjung ada kabar.  

Allah Ya Karim ~







Comments

Popular posts from this blog

Grafika Komputer

Tradisi Ruwatan Rambut Gembel Dieng, Wonosobo