Diam Dalam Do'a
Aku paham, aku dan kamu berbeda.
Ketika aku begitu merasa dengan hati, kamu tidak.
Ketika aku begitu percaya dengan nurani, kamu tidak.
Karena kita memang berbeda.
Dan perbedaan itulah yang akan melengkapi kita ketika bersama.
Menjadikan aku&kamu menjadi kita. .
Aku tak menyalahkanmu jika dirimu tak mengerti isyarat hati yang aku beri.
Aku tak menyalahkanmu jika dirimu tak paham tingkah polah anehku saat bertemu denganmu.
Aku tak menyalahkanmu jika dirimu tak bisa mengartikan setiap gerak gerik anehku dalam barisan perasaan.
Aku paham, tak mudah bagimu mengerti kepura-puraanku. .
Kepura-puraanku bersikap selayaknya aku tak mengenalmu. Padahal dibalik itu, saat melihatmu, aku harus menikam hatiku lagi dan lagi.
Untuk menjaga agar pandangan itu tak menghantarkanku ke neraka nantinya.
Karena kamu, tak halal bagiku. .
Untukmu duhai imam yang aku semogakan.
Semoga Allah menjagamu dan aku.
Agar tak tenggelam dalam kata cinta yang semu.
Walau harus menikam hati setiap bertemu.
Itu lebih baik daripada bersama dalam ikatan tanpa restu. DariNya, pemilik hatiku dan kamu. .
Untukmu duhai imam yang aku nantikan di depan pintu rumahku.
Jangan paksa dirimu mengambil langkah cepat dan terburu-buru.
Padahal merasa belum siap dan mampu.
Tenanglah , jika Allah berkehendak kita bertemu.
Tak akan terhalangi bait rasa rindu yang menggebu.
Menjadikan satu rasa aku dan kamu.
Hanya diam dalam do'a.
Aku tak ingin ada status palsu.
Dan aku nyaman dengan posisi itu.
Diam dalam do'a.
Semoga apa yang dido'akan terkabul dan diridhoi oleh sang pembolak balik hati.
Ketika aku begitu merasa dengan hati, kamu tidak.
Ketika aku begitu percaya dengan nurani, kamu tidak.
Karena kita memang berbeda.
Dan perbedaan itulah yang akan melengkapi kita ketika bersama.
Menjadikan aku&kamu menjadi kita. .
Aku tak menyalahkanmu jika dirimu tak mengerti isyarat hati yang aku beri.
Aku tak menyalahkanmu jika dirimu tak paham tingkah polah anehku saat bertemu denganmu.
Aku tak menyalahkanmu jika dirimu tak bisa mengartikan setiap gerak gerik anehku dalam barisan perasaan.
Aku paham, tak mudah bagimu mengerti kepura-puraanku. .
Kepura-puraanku bersikap selayaknya aku tak mengenalmu. Padahal dibalik itu, saat melihatmu, aku harus menikam hatiku lagi dan lagi.
Untuk menjaga agar pandangan itu tak menghantarkanku ke neraka nantinya.
Karena kamu, tak halal bagiku. .
Untukmu duhai imam yang aku semogakan.
Semoga Allah menjagamu dan aku.
Agar tak tenggelam dalam kata cinta yang semu.
Walau harus menikam hati setiap bertemu.
Itu lebih baik daripada bersama dalam ikatan tanpa restu. DariNya, pemilik hatiku dan kamu. .
Untukmu duhai imam yang aku nantikan di depan pintu rumahku.
Jangan paksa dirimu mengambil langkah cepat dan terburu-buru.
Padahal merasa belum siap dan mampu.
Tenanglah , jika Allah berkehendak kita bertemu.
Tak akan terhalangi bait rasa rindu yang menggebu.
Menjadikan satu rasa aku dan kamu.
Hanya diam dalam do'a.
Aku tak ingin ada status palsu.
Dan aku nyaman dengan posisi itu.
Diam dalam do'a.
Semoga apa yang dido'akan terkabul dan diridhoi oleh sang pembolak balik hati.
Comments
Post a Comment