Belajar.

Bismillahirrahmanirrahim
Alhamdulillah
Alhamdulillah
Alhamdulillah

Belajar !
Belajar itu tak pandang waktu.
Belajar itu tak pandang guru.
Belajar itu tak pandang teman.
Belajar itu tak pandang lingkungan.

Belajar. Hal yang membuat kita ingin selalu ingin tahu, penghilang rasa penasaran, meningkatkan derajat manusia yang tadinya jahiliyah menjadi paham dan tahu.

Yaa.. saat ini saya masih belajar tentang sebuah amanah. Amanah dari Allah SWT.
Tentang wanita. Wanita Sholehah. Bagaimana caranya saya bisa menjalankan sebuah amanah yang sudah menjadi fitrah seorang wanita.

Hal yang masih saya pelajari dan semoga bisa istiqomah.

1. Menjaga jarak dengan lawan jenis yang bukan mahram.
Apa yang saya upayakan disini ?
Saya mencoba belajar untuk tidak menyentuh lawan jenis, yang sering kali terjadi saat uluk salam tangan. Saya hanya menyatukan tangan dan menundukkan kepala sebagai tanda bersalaman dengan lawan jenis.

Mencoba sering menundukkan kepala, memalingkan wajah agar tidak terjadi saling tatap menatap wajah. Entah kenapa memang dalam hati saya berasa risih dan takut ketika menatap lawan jenis.
Berupaya agar tidak diboncengi lawan jenis. Baik diminta ataupun minta, berusaha tetap sendiri tanpa lawan jenis.

2. Belajar memakai pakaian yang tak mengundang syaitan.
Belajar dari curhatan seorang teman lawan jenis saya. Serta menerapkan ilmu yang pernah saya cari.
Yang ternyata jika seorang pria itu ternyata sensitif dengan hal-hal yang berbau lekukan tubuh. Pakaian yang ngepres pada badan, membuat lekukan tubuh semakin terlihat.
Dan saya sendiri pun terasa risih juga melihatnya.
Saya belajar agar memakai pakaian yang longgar. Dan Alhamdulillah dengan pakaian yang longgar membuat saya nyaman untuk kegiatan apapun.
Ketika saya menyadari pakaian terasa ketat sedikit pasti saya pakaikan lagi sebuah jaket atau jas.

3. Mengenakan Khimar (kerudung)
Alhamdulillah sejak SD (walaupun dikenakan hanya saat berangkat tadarus saja) sampai sekarang, belum pernah keluar rumah tanpa kerudung.
Belajar dari pengalaman, yang sering melihat seorang perempuan lain yang kadang memakai kerudung hanya sebatas pakai saja padahal rambutnya sangat kelihatan, kadang ada yang memakai hanya ketika perlu saja, ada juga yang pakai dengan gaya yang nyeleneh sampai hilang syarat dan makna sebuah kerudung dalam Islam. Disitu saya belajar tentang sebuah ketaatan dan keteguhan hati.
Gak usah banyak gaya, pakailah kerudungmu sesuai ajaran Islam.
Julurkan kerudungmu dari kepala leher sampai dada.
Entah apa, hati berasa nyaman senyaman nyamannya ketika memakai kerudung yang tidak transparan serta menutupi sampai dada.

4. Menjadi makmum yang baik.
Tidak selangkah maju daripada kaum Adam. Ketika masih ada kaum Adam maka saya tidak akan pernah mencoba mendahuluinya. Contoh kecilnya seperti dalam sebuah organisasi. Disitu banyak macam kepengurusan. Dari ketua sampai anggota. Tak jarang ketika pemilihan ketua, banyak yang memilih saya untuk menjadi ketua. Tetapi dengan alasan atas dasar ilmu yang ada, saya menolaknya, mending saya menjadi anggota daripada ketua ketika masih ada kaum Adam yang masih sangat layak dan mampu untuk menjadi ketua.
Akhirnya dengan embel-embel emansipasi wanita, tetap mendukung dan memilih saya menjadi ketua. Saya bilang sekali lagi "Tidak".  
Walaupun emansipasi wanita tetap lebih baik menjadi makmum. Emansipasi wanita itu ada ketika terjadi sebuah kesenjangan diantara kaum Adam dan kaum Hawa. Ketika kaum hawa tertindas disitulah emansipasi wanita layak diperjuangkan.
Tetapi nyatanya tidak demikian, tetap saya memilih menjadi anggota daripada ketua yang akan memimpin baik pria maupun wanita.
Karena fitrah wanita adalah makmum (yang dipimpin bukan pemimpin).
Saya mau menjadi ketua ketika semua anggotanya adalah sama (kaum hawa).

5. ...

Lanjut besok, ngantuk...



Comments

Popular posts from this blog

The Fact

Kitab Alala