Rasa dan Asa

Malam kemarin dan malam ini terasa begitu sesak, begitu pahit dirasa dihati.
Begitu sesak sampai bajupun terasa sangat sesak dipakai (padahal kaos oblong).
Berkali-kali mencoba menarik nafas sedalam-dalamnya.
Otak ini pun tiba-tiba serasa seperti ada yang menggerogoti, serasa pening pula.
Seketika mood pun jadi hilang entah kemana.
Mata pun sulit untuk terpejam dengan tenang.
Berkali-kali mencoba menelaah satu kalimat yang membuat diri ini seakan putus asa.
Ya, hanya satu kalimat, yang membuat hati ini seperti gugur dalam medan perang.

Dalam kalimat tersebut ada kata-kata "tahun ini" dan "membangun rumah tangga".
Faktanya, tahun ini akan berakhir dalam kurun waktu 3 bulan lagi.
Nyatanya, dalan membangun rumah tangga untuk  tahap awalnya adalah sebuah pernikahan.
Dalam kurun waktu tersebut aku akan mendengar sebuah undangan berisi namamu dan namanya (entah siapa).
Dalam kurun waktu tersebut aku akan memasang benteng pertahanan yang kokoh dan kuat berlapis baja besi, agar tidak ada masa "patah hati".

Ah, mungkin (nyatanya) aku terlalu percaya diri, terlalu keGeEran, terlalu menaruh hati, menganggap kamulah "Dia".
Aku hanya bisa menyukai dalam diam, dirasa sendiri.
Ketika kecemburuan datang, itupun dirasa sendiri.
Pegal, sesak dan  linu hati ini.
Tak usah ikut merasakan, biarkan aku saja.

Yang aku lakukan kali ini hanya mencoba menenangkan pikiran menjernihkan hati.
Khusnudzon untuk segala takdir, khusnudzon untuk semua makhluk-NYA, khusnudzon kepada Allah Ta'ala.

Terimakasih atas rasa kecemburuan yang engkau berikan ini Ya Allah.
















Comments

Popular posts from this blog

The Fact

Kitab Alala