Perhatian Yang Tak Terucap, Berujung Less Komunikasi

Seminggu kemarin seperti sedang diburu debkolektor. Diburu orang-orang karena mendekati deadline. Mulai dari medsos sampai tatap muka. Entah kenapa juga saya kena imbasnya. Imbas karena apa saya juga kurang faham. Orang-orang pun seakan melipat muka ketika bertemu saya. Mencoba untuk instrospeksi diri. Dan tak kunjung temu apa salah saya. Karena saya menganggap saya sudah bekerja maksimal. Berpikir lagi. Apa salah saya sampai semua orang sensi ketika ketemu saya. Padahal sayapun tidak pasang muka jutek ataupun sebagainya. Malah sebaliknya, saya pasang muka ceria dan senang walaupun hati, otak dan raut wajah tak ada yang singkron karena banyaknya tumpukan kerjaan yang masih saja di tempat, tetap saya pasang wajah berjerawat ayu saya. Hmmm... Semakin kesini malah saya yang gereged. Nggak tau apa kenapa kok jadi begini dan saya yang kena. Tak ada yang berucap satu patah atau dua patah. Diam seribu bahasa. Seperti cewek sedang PMS akut. Tak maksud apa yang sedang dikode kepada saya dengan sikap seperti ini. Seolah saya terpojok dan dipojokkan. Orang yang tidak tau apa apapun ikut memojokkan. Saya tetap cuek, anggap saja tidak ada apa apa. Karena tidak ingin memperkeruh suasana. Tetap tebar guyonan walaupun tak di gubris sama sekali.
Hingga akhirnya sayapun tersadar. Ini ulah karena kurang komunikasi pada sebuah tim dan karena sebuah keegoisan. Saya tidak tahu menahu ketika mereka mulai mengerjakan, tau tau ketika sudah separo jalan. Saya tidak dikabari untuk ikut mengerjakan. Mungkin anggapan mereka, saya suruh peka sendiri. Sayapun peka. Saking pekanya saya tidak ingin mengganggu siapa yang sedang melipat wajah alias mutung. Hanya menunggu aba-aba saja dan siap beraksi ketika aba-aba datang. Peka tidak peka sebenarnya sayapun sudah merasakan ketidak enakan ini dari awal. Keegoisan sudah mulai terasa semenjak awal. 
Hingga hape berdering, pop up message terlihat dari seseorang. Mengeluarkan uneg-uneg nya lewat chat. Saya melihat sekilas karena belum sempat membuka. Hanya membatin, wah jangan jangan jangan, pikiran negatif pun merasuk. Akhirnya saya curi kesempatan untuk membuka chat ini. Dan ya... Ini chat kesekian kalinya tentang sebuah uneg-uneg yang tertuju kepada saya. Akhirnya saya faham. Mereka sebenarnya memberikan perhatian kepada saya. Perhatian yang memberikan keleluasaan kepada saya. Memberikan kesempatan kepada saya untuk menyelesaikan pekerjaan saya terlebih dahulu. Baru kemudian mereka akan menyambangi saya ketika sudah selesai. Pada kenyataannya, kerjaan saya pun belum kunjung selesai. Menunggu menunggu tak kunjung selesai dan mereka kesal sendiri.  
Booommm... Akhirnya merekapun mulai merasa ketidak adilan dalam sebuah tim. Mereka menganggap saya kurang untuk berkontribusi. Ahhh ini efek karena mereka sudah saking kesalnya kepada saya. Ketika menengok awalnya juga saya ikut banyak kontribusi dalam tim kok. Bahkan sering "ngoprak oprak". Kalau saja komunikasi lancar toh biasanya yang banyak kontribusi malah saya. Entah semakin kesini saya kurang komunikasi satu sama lain. Entah karena mereka menjauh lalu komunikasi sendiri sendiri atau bagaimana saya kurang tahu. Saya rasa ini kelewatan bapernya dan banyak sensinya.
Tim itu bukan sebarapa banyaknya individu untuk berkontribusi, tapi saling gotong royong menuju tujuan yang sama. Dan bukan sifat keegoisan yang meninggi seperti ini. 
Ya lebih baik apapun yang tidak kamu ketahui mending ngomong, keluarkan saja. Sekecil apapun langsung diobrol. Jangan cuma dibatin dan memberikan perhatian yang tak terucap sekian lamanya. Biar semua orang itu tahu apa maksudmu maksud kalian kepada saya. Kalau begini ya sampai ular bisa sirkus tetep aja pada masih mutung. Dan tetap saya tidak maksud dengan perhatian kalian. 
Sudah ada group chat, kenapa tidak ngobrol saja di group. Bukannya japri japri sendiri. 
Tak terlalu diambil pikir. Tetap slow butuh sure dan tetap kalem sambil istighfar, tetap asik aja. Membiarkan sebuah kebaperan kelewat batas ini mereda dengan sendirinya. Terlalu keterlaluan, terlalu wagu, terlalu lucu jika mutung karena penyebab hal seperti ini. Masih banyak ibadah yang harus dilakukan daripada harus terus menerus mutung 
Sesibuk apapun juga pasti dikerjakan karena itu tanggung jawab bersama. 
Kuncinya adalah komunikasi, bukan saling batin membatin. 

Comments

Popular posts from this blog

5 September 1 April

Tradisi Ruwatan Rambut Gembel Dieng, Wonosobo

Semua Ada di Sholat Istikharahmu