Tak Sanggup Menghitung Nikmat Allah
Kata syukur Alhamdulillah pun ternyata masih kurang untuk menggambarkan rasa syukurku seharian kemarin. Istighfar terus terucap tak hentinya, yang selalu riuh dalam hati begitupun lisan. Istighfar agar bahagiaku jangan membuatku lalai dan bahagia berlebihan.
"Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tak dapat menentukan jumlahnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. An Nahl: 18)
Agenda kemarin aku mendampingi anak-anak lomba. Aku datang terlambat di waktu istirahat ishoma. Sengaja memang datang waktu istirahat. Menyemangati anak-anak yang baru berjuang setengah perjalanan. Hanya sebentar aku bercakap dengan anak-anak, semangat mereka selalu powerfull, membuatku optimis, kalian bisa maju provinsi serta memboyong juara 1 dan 2. Perjalanan mereka berlanjut sampai jam 4 sore. Mereka sholat dan aku pergi menuju ke kampus sampai sore hari.
Di kampus hanyalah sebagai tempat untuk membuang waktu menungguku. Sambil ku mencari beberapa referensi untuk tugasku dan menemui temanku. Alhamdulillah, pertemuanku dengan temanku, aku mendapat beberapa lembar dari hasil bagi rata pembuatan projek, yang Alhamdulillah projek tersebut masuk nasional dan mendapat predikat terbaik.
Tak terasa jam menunjukkan pukul 4 sore. Waktunya aku kembali ke sekolah. Menemui anak-anak yang baru saja usai lomba. Fresh from the oven, wajah mereka merah padam walau tak terlihat pusing. Dengan wajah mereka yang seperti itu aku bercandakan, "Walah kok do kemebul ngene ? ", kamipun tertawa. Kami berkumpul sembari mendengarkan cerita-cerita anak-anak bagaimana lombanya. Alhamdulillah tidak terlalu sulit katanya. Cuma ada beberapa halangan dari salah satu anak, dimana IDE yang dipakai tiba-tiba muncul activator yang membuat jalannya lomba sedikit terganggu. Tapi itu tidaklah masalah menurutnya. Sekitar 1 jam aku menemani mereka. Tibalah waktunya pengumuman. Aku hanya duduk di belakang layar sambil harap-harap cemas.
Alhamdulillah wa syukurilah. Pengumuman usai, anak-anak masuk dengan membawa piala masing-masing. Juara 1, 2 dan 3 kami borong semua. Alhamdulillah apa yang di targetkan di ijabah Allah. Syukron ya Rabb. Dan kini waktunya persiapan untuk tingkat lebih tinggi yaitu provinsi. Melihat skill mereka selama latihan akupun optimis, InsyaAllah bisa masuk 3 besar nanti.
Bahagiaku rasa melihat anak-anak bisa juara. Tak selang lama aku mendapat pesan dari guruku. Agar lanjut latihan lagi untuk persiapan provinsi. Senang tidak senang, bahagia tidak bahagia, sebenarnya akupun bingung untuk mengiyakan. Tapi sedari awal latihannya sudah denganku, ya akulah yang harus melanjutkannya lagi, akhirnya terpaksa untuk mengiyakan. Aku bukanlah orang yang mudah berfikir dobel dobel alias multitasking, tipeku selalu fokus satu agenda. Padahal agenda yang ada di tanganku terus bertumpuk. Belum juga aku jamah. Rencanaku setelah usai lomba adalah menyelesaikan tugas kuliahku ini. Yang aku targetkan seminggu jadi. Bismillah semoga bisa mengerjakan kedobel-dobelan agenda ini dengan lancar dan bisa selesai semua. Aamiin.
Pulang larut Maghrib, Ibu sudah gelisah anaknya belum kunjung pulang. Bergegas selesai acara langsung pamit pulang. Sampai rumah ibu sudah pergi ke masjid. Istirahat bersama bapak sambil nonton sepakbola AFF. Gol 0 - 9 untuk Indonesia membuatku menambah bersyukur. Bahagia tak terkira hari kemarin.
By the way. Sore kemarin aku melihatmu bersama anak didikmu yang baru usai lomba. Inginku segera menyapa, tapi langkahku untuk menyapamu seakan selalu terhalang oleh sifat maluku bertemu denganmu. Aku merasa menyesal sore itu tak bisa bertegur sapa. Aku merasa aku terlalu jahat, aku merasa tak sepantasnya seperti itu dan aarrrrrgggghhhhhhh begitulah. Maafkan aku 😌
Comments
Post a Comment