Hanya Berani Seperti Ini

Mungkin aku mengagumimu, sama halnya dengan mereka yang juga mengagumimu. Tapi maaf, aku tak seberani mereka yang menaruh perhatian lebih padamu.

Aku hanya berani seperti ini mengagumimu dalam diam.

Sadarkah kau? Setiap aku bertemu denganmu, aku selalu memperhatikanmu sedetail yang aku bisa.
Aku gugup ketika tak sengaja mata kita bertemu.
Salah tingkah pun tak luput.

Bahagia ku rasa ketika melihat senyum itu terlukis sempurna.

Aku selalu harus berpura-pura.
Berpura-pura bahwa semua baik-baik saja. Bahwa tak ada apa-apa di dalam sini (hatiku) .

Tak mengapa aku tak bertegur sapa denganmu. Cukuplah bagiku menyapamu dalam doa-doaku.

Aku tidak ingin mengenalmu lebih jauh karena Allah tidak ingin semuanya terjadi sebelum ikatan halal mengikat kita.

Aku memang tidak secantik mereka, tidak seanggun mereka,

Aku memang tak sesabar Siti Zulaikha yang menanti Yusuf,

Mungkin pula aku harus bisa sesabar Fatimah yang menyimpan perasaanya untuk Ali.

Diam bukan berarti tak mampu namun aku hanya menjaga perasaanku, perasaanmu dan perasaannya yang mungkin saja mereka terluka jika ku katakan.

Jika memang engkau bukan tercatat untukku.
Jika memang engkau hanya hiasan duniaku yang sementara.
Jika kau hanya halauan ku semata, sungguh aku yakin Allah akan menghapus cinta dalam diamku padamu.
Allah akan menghilangkan perasaanku untukmu. Dia akan memberikan rasa yang lebih indah dan pada orang yang paling tepat. Begitulah kuasa-Nya. Begitulah Dzat yang membolak-balikan hati hamba-Nya.

Ketika aku tak lagi terkagum denganmu, maka pahamilah jejakku. Karena mungkin, aku pernah menulis tentangmu dan menyapa namamu dalam tiap untaian doaku.
Dan jika kelak kita memang berjodoh. Aku percaya, diam dan keikhlasan ku akan Allah hadiahkan keindahan.

Semoga kelak kita dipertemukan dalam ikatan tali suci ikatan Mitsaqon ghalizha.

Comments

Popular posts from this blog

The Fact

Kitab Alala