Kepenthok Dashboard
Inilah aku anak kedua dari 4 saudara. Dimana aku punya kakak laki-laki yang sudah menikah. Dan jadi akulah yang seperti kakak pertama di rumah. Kesana kemari mengikuti kehendak orang rumah. Kadang ketika adik-adik minta keluar maen bareng, aku dengan semangat mengiyakan. Mau kondisi badan sehat atau kurang sehat tetap harus mengiyakan, kalau tidak, bisa bahaya. Bisa pada "merengut" seharian sama kakaknya dan pada nggak bisa diajak ngomong semua. Bahaya lagi kalau aku ternyata keceplosan menjanjikan sesuatu dan tak terasa aku bener-bener lupa, bisa "disantlap" abis-abisan wkwkw.
Begitu aku mengeluarkan motor, adik-adikku sudah stand by di halaman. Biasa selalu dibuat buru-buru sama adik. Kadang "macak" slow but sure, tapi selalu kena "towel" adik. Kebiasaan kalau keluar sendiri dan adik lihat, kadang "kelayu" alias maunya iktu mulu. Hmmm...bener berasa jadi kakak pertama dan berasa kek orang tuanya. Ketika kami berangkat boncengan 3, lutut dan kakiku selalu nggak dapet tempat alias kepenthok dashboard. Sumpretttt, ini bikin aku kek orang lagi ngegas motor dengan ban belakang bocor. Kan ya kalau ban belakang bocor, jadinya harus duduk mentokin jok, biar ban nya nggak tambah rusak. Nggak apa sih duduk mentok jok, lutut kepenthok, tangan nekuknya bikin "keder", yang penting mereka seneng akupun ikut seneng.
Kebahagian seseorang tidak melulu soal materi, ketika bisa membuat orang lain senangpun adalah kebahagian tersendiri. :)
Comments
Post a Comment