Pentingnya Air (Bening) Putih

Pada Hari Minggu ku turut ayah ke kota
Naik delman istimewa ku duduk di muka
Ku duduk samping pak kusir yang sedang bekerja
Mengendarai kuda supaya baik jalannya

Tuk-tik-tak-tik-tuk tik-tak-tik-tuk tik-tak-tik-tuk
Tuk-tik-tak-tik-tuk tik-tak suara s'patu kuda


Diatas adalah sebuah lirik lagu ceria anak-anak di hari Minggu nya. Lagu yang juga sering ku nyanyikan di sekolah maupun di rumah sewaktu ku masih SD. Senang ceria dan bahagia kurasakan. Tapi ketika ku beranjak umur, entah kenapa lagu ini sepertinya sudah tidak pas untuk ku nyanyikan lagi. Ya mungkin karena sekarang bawaannya pakai motor, jadi sudah tidak match sama lagunya. 
Dan tepat di hari Minggu, segudang agenda menghampiriku. Ada beberapa agenda yang akhirnya harus tersingkirkan ketika melihat prioritasnya. Naik delman sudah tidak terlihat di daftar agenda, lenyap bagai kabut pagi yang di buru sinar matahari.


Paginya Minggu diiringi mendung syahdu. Tak jumpa ku lihat matahari dari ufuk timur dengan warna kuning cerahnya. Hal yang pasti ku tunggu ditiap pagi ialah menanti matahari terbit. Hujan di hari kemarin yang mengguyur seharianpun tak serta merta tuntas begitu saja. Mendung di hari Minggu, seakan hilang keceriaan. Awan hitam diatas atap seperti sudah tak kuat menahan beratnya air. Ketika ku ingin mengeluarkan motor ke halaman, tiba-tiba saja air hujan datang keroyokan dengan derasnya. Derasnya bagai cintaku padamu. Tak ingin menghilangkan kesempatan menikmati hujan atas rahmat Allah, yang semoga turunnya hujan ini membawa banyak keberkahan. Ku kembali masuk ke dalam rumah dan melihat jalan raya yang penuh dengan pengendara motor yang lalu lalang menerjang hujan dengan mantel hujannya,  menikmati bak tontonan film di balik kaca jendela rumah. Sedang ingin merasakan kehangatan sembari menunggu hujan reda. Reda yang kutunggu tak kunjung datang. Ku tinggal tidur sebentar dan ternyata sampai waktu Dzuhur. Agenda pagiku hanya menikmati hujan dan tidur ternyata. Tak ada yang sia-sia menunggu, Dzuhur matahari muncul dengan terangnya. Ku bergegas berangkat menuju tujuan. Panas terik matahari tak perlu lama, hujan deras mengguyur perjalanan ku. Berhenti di trotoar dan secepat kilat ku pakai mantel hujan. Hujannya seperti kabel rusak yang putus nyambung, tiba-tiba terang tiba-tiba pula hujan deras. Ku nikmati hujan penuh berkah sambil komat kamit dari mulutku. Tiba di tujuan terang dan sedikit mendung, selang 10 menit, tiba-tiba hujan deras, sama seperti hujan yang ku terjang sewaktu perjalanan tadi. Menikmati acara di pendopo kabupaten dengan badan yang menggigil kedinginan. Stand yang didapat ternyata bocor, basah kuyup lah stand kami. Walau begitu, cukuplah senang bisa ikut mengisi acara kabupaten kali ini. Acara selama 2 hari dan hari ini adalah hari terakhir. Derasnya hujan mengiringi penutupan acara, tiba jam 2 acara resmi ditutup. Sampai jam 4 kami selesai berbenah alat untuk dibawa pulang ke markas.

Agenda selanjutnya berkumpul untuk menjenguk ayah dari seorang teman kami. Tak begitu banyak yang berkumpul, hanya sekitar 3 jiwa saja. Ialah orang-orang yang sering terlihat bersama, itulah kami berempat. Bukan geng bukan kelompok, sering kami sebut pencerahan. Salah satu teman kami dari pencerahan sedang mendapat perhatian dari sang kuasa. Baru mendapat kabar 3 hari setelah dirawat. Dan keesokan harinya alias hari ini baru bisa menjenguk. Sampai di rumah sakit, ku tanyakan sebab musabab bisa terkena penyakit yang dialami. Sakit darah rendah katanya, penyebabnya karena seringnya mengonsumsi obat warung yang tidak di iringi banyaknya konsumsi air putih. Tersentak akupun langsung instropeksi diri. Aku sadar dalam keseharian ku, ternyata konsumsi minum air putih hanya segelas saja, itupun kalau ingat, kadang malah seharian tidak ada cairan masuk ke dalam tubuh karena seringnya lupa. Sudah seringku kontrol diri untuk memperbanyak air putih, tapi faktor lupa lebih mendominasi daripada banyaknya air putih yang masuk. Sedih kurasa, semoga badanku sehat selalu. Kali ini akan ku kontrol lebih ketat lagi untuk konsumsi air putih demi kesehatan dan masa depanku. Setengah jam kami menjenguk, tibalah kami pamit dan mendoakan semoga lekas sembuh, bisa beraktivitas seperti sedia kala dan sabar serta ikhlas dengan penyakitnya, semoga penyakitnya benar untuk penggugur kekhilafan yang lampau. Kami turun dari lantai 4 dan menuju parkiran. Takut diburu malam, aku pamit dengan teman-teman dan segera bergegas pulang duluan. Alhamdulillah agenda hari ini banyak sekali hikmah yang kudapat. Syukron Ya Rabb.

Comments

Popular posts from this blog

5 September 1 April

Tradisi Ruwatan Rambut Gembel Dieng, Wonosobo

Semua Ada di Sholat Istikharahmu