Ketika Mereka Bertindak

Kejadian kecelakaan yang menghampiri sebulan yang lalu. Kecelakaan yang baru selesai ditutup kasusnya.  Kasus masuk ke kepolisian. Karena polisi dengan cepat tanggap langsung menghampiri TKP kecelakaan. Dari tanggal 3 April dan baru selesai tanggal 3 Mei. Kurasa ini tak biasa, kenapa harus selama ini kasusnya. Padahal keluargapun sudah berembug dan sudah mendapatkan mufakat yang baik untuk ketiga-tiganya. Entah memang di lama-lama atau memang demikian kasusnya lama. Menunggu selesainya kasus selama sebulan ini, ada saja cerita cerita yang ku lewati. Dan aku ingin mencoba merangkum cerita cerita ini. Aku mulai dari setelah tragedi kecelakaan. 
Seminggu lamanya aku meliburkan diri dari jadwal kuliah. Di rumah terus karena trauma melihat jalan raya. Apalagi kejadiannya yang tepat di depan rumah. Ketika mendengar suara decitan rem kendaraan yang terdengar dari jalan raya, hal ini seakan mengingatkan kejadian dulu. 
Di hari Kamis ibu dan kerabat takziah turut berbela sungkawa ke tempat korban kejadian kecelakaan dan menjenguk korban satunya yang masih di rumah sakit. Seminggu di rumah banyak kedatangan tamu yang bermaksud menjenguk. Tidak sekedar menjenguk, mereka pun memberikan nasihat nasihat dan motivasi agar jangan trauma jangan takut dan lain sebagainya. Dan ya, nasihat dan motivasi itu sangat mujarab untuk mengobati rasa ketakutan ku ini. Akhirnya dikit demi sedikit aku coba melongok jalan raya dari balik jendela. Sedikit teringat dan ku langsung alihkan dengan pergi ke kamar. Begitu seterusnya hingga akhirnya aku berani keluar rumah. Waktu itu aku keluar rumah karena ada acara di Solo yang berangkat nya malam. Belum berani melihat jalan, aku berjalan dengan menunduk menuju bus yang akan aku tumpangi untuk perjalanan. Dan di hari Minggu acara di Solo seharian. 
Pada hari Selasa, aku masih ijin kuliah, ibu dan aku pergi ke laka lantas memenuhi panggilan sebagai saksi kejadian. Jam 09:00 pagi langsung menuju laka lantas. Di tempat menunggu bapak bapak polisi yang ternyata sedang dinas di luar. Menunggu sekitar 1,5 jam lamanya. Menunggu lama, akhirnya muncul juga polisinya. Aku dan ibu disuruh masuk ke dalam ruangan. Di dalam ditemani polisi juru ketik yang dengan santainya sambil ngerokok bikin bules dan ini yang paling aku jengkel adalah ketika berhadapan dengan perokok. Dengan beberapa pertanyaan dari polisi aku menjawab apa adanya sesuai fakta. Tidak dilebihkan tidak pula dikurangi. Aku jawab dengan muka besengut. Karena jengkelnya saya kenapa kok disambi dengan ngerokok yang bikin bules dan batuk ditambah ruangannya yang serada pengap. 1 jam bercakap-cakap dan ketik mengetik akhirnya laporan saksi dari saya selesai. Ibu dan akupun bergegas pulang. Dan langsung bergegas berangkat lagi ke kampus untuk acara foto keluarga organisasi. 
Malamnya aku nge-chat teman mau nebeng ke kampus untuk esok hari. 
Keesokan harinya ngampus nebeng teman. Berangkat lebih pagi. Terpaksa nebeng teman karena tidak ada kendaraan yang bisa dipakai. Motor yang biasa dipakai ngampus diambil polisi ketika kecelakaan dibawa ke laka lantas. Mau ngangkot pikir 3sampai10kali karena waktu perjalanan yang bisa 3 kali lipat lamanya dibanding perjalanan dengan motor sendiri.  
3 minggu akhirnya nebeng teman. Gak enak rasanya. 
Setelah kesaksian tersebut selang waktu 3 hari tepatnya hari Sabtu. Saya dan keluarga dari yang satunya bareng-bareng ke laka. Untuk kesaksian kedua. Sayapun bertemu pertama kalinya dengan keluarga yang ditinggalkan tersebut. Dan kali ini yang merasa waras sehat wal'afiat diberikan kesempatan untuk bersedia memberikan sumbangsih kepada korban, yaitu saya yang dengan sukarela memberikan donasi. Tak tau kenapa dalam pemberian sukarela ini seperti ada unsur paksaan dari pihak polisi walaupun yang salah adalah korban yang nabrak saya. Selesailah mufakat yang dibarengi dengan polisi, tapi ini belum selesai karena masih ada 1 keluarga lagi yang belum ke kantor laka lantas. Disini melibatkan 3 keluarga, yaitu pengendara dan pembonceng yang menabrak saya serta saya sendiri. Akhirnya kami menyepakati untuk menyelesaikan pada hari Senin keesokan harinya. Agar 3 keluarga berkumpul semua di kantor laka.
Pada hari senin berkumpul semua dari 3 keluarga ini. Mufakat lagi. Dan selesailah mufakatnya, dengan hasil yang sudah diketik oleh polisi. Terakhir polisi memberikan informasi, kasus ini secepatnya akan selesai, nanti akan dikabari lagi jika sudah boleh di ambil barang buktinya yaitu sepeda motor.
Ya selama 2 minggu menunggu tanpa kabar sama sekali. Ditunggu menunggu nihil juga. Coba ngontak pihak polisi, tak ada jawaban apapun. Seperti mengharuskan kami yang harus kesana. Oke, akhirnya hari selasa kemarin ke kantor. Sampai dikantor kami menunggu sebentar karena alasan istirahat. Selesai polisi istirahat, saya dan ibu dipersilahkan masuk. Benar saja dugaan saya. Sebenarnya kasusnya sudah selesai. Ada hal ganjil yang saya pikirkan disini. Kenapa mereka tidak ngabari untuk segera ke kantor. Kalau gitu sampai hari kucing juga nggak dikabari, kalau nggak inisiatif ke kantor sendiri. Tak berapa lama, polisi sepihak mohon ijin mau dinas keluar. Kenapa juga harus polisi ini yang sedang ada tamu kenapa nggak yang lain gitu lho. Oke, akhirnya saya dan ibu memutuskan untuk keluar saja cari makan. 1 jam lamanya akhirnya mereka balik. Saya dan ibu disuruh masuk lagi. Anehnya ketika kami masuk, pintu ruangan langsung ditutup. Di dalam ruangan ada saya ibu dan 1 polisi. Diam-diaman selama 5 menitan. Polisi tak mengeluarkan sepatah kata apapun, sampai ibu yang ngomong. Ibu faham maksudnya langsung nyeletuk saja, "Biaya administrasipun pinten pak ?"
Dan ya, polisi langsung nyambung. Pak polisi bilang terserah bu, nanti saya sampaikan dengan kanitnya. Ibu belum menjawab lagi. Saya jawil ibu untuk tak usah memberikan biaya administrasi. Kenapa pula harus ada administrasi. Ini biaya apa pula pikirku. Biaya yang jelas di ada-ada untuk ada. Sesuai slogan nya melayani masyarakat sepenuh hati. Sepenuh hati tanpa pamrih. Mereka juga sudah digaji pemerintah kok masih minta biaya administrasi. Ibu tak menjawab, gantian saya yang ngomong. Akhirnya saya dan polisi saling ngeles, saya serang terus apa yang menjadi jawaban polisi. Sampai pak polisi keluar dan akhirnya suruh tidak usah bayar administrasi, kasusnya sudah selesai, sudah boleh dibawa motornya. Sambil pasang muka besengut, saya keluar ruangan. Ibu menyusul dan kami keluar kantor dan bergegas pulang. Sepeda motornya diambil keesokan harinya dan langsung dibawa ke bengkel menginap untuk di percantik karena sudah kusam banyak karat setelah nginap di laka lantas selama sebulan.
Greged nya kasus ini kenapa kok bisa selama ini, apakah karena kurangnya pemulus ?

Comments

Popular posts from this blog

5 September 1 April

Tradisi Ruwatan Rambut Gembel Dieng, Wonosobo

Semua Ada di Sholat Istikharahmu