Maafkan Akakmu Ini Dek

Hari ini adalah hari libur. Bertepatan hari raya Waisak. Dan hari ini juga diagendakan untuk membahas acara yang akan dilaksanakan seminggu lagi. Acara yang akan diadakan oleh BEM Fastikom beserta HMJnya. Fastikom festival namanya. Saya rasa perlengkapan, agenda, pendanaan dan runtutan acara ini sepenuhnya belum matang. Ibarat kata masih mentah sekali. Kalau buah baru pucuk bunganya. Soalnya gubernur dan wakil gubernur ternyata pada sibuk sendiri. Ada saja acara dari mereka. Karena memang disibukkan dengan organisasi lainnya dan juga pekerjaan nya. Hingga membuat organisasi ini jadi sedikit teranak tirikan tapi sih tidak terlalu tiri, hanya sedikit tiri saja.
Tak menjadi masalah, yang penting bawahannya bisa kompak itu sudah luar biasa. Acara kali ini sedikit ngebut konsepnya. Walaupun sudah di konsep 2 bulan yang lalu. Tetap ada saja yang kurang pas. Karena dana dari pusat yang ternyata sangat melenceng dari harapan. Hanya diberi sekitar 45% dari dana total yang diminta. Membuat kami harus jungkir balik untuk mengepres dan mencukupi semua kebutuhan acara besok. Menghemat dan memangkas adalah solusi kami.

Hari libur ini saya berangkat ke kampus. Padahal dipagi hari sudah diwanti-wanti adik untuk bisa keluar bermain bersama. Tapi kehendak berkata lain. Saya mengurungkan dan meminta untuk lain waktu saja. Dengan muka mrengutnya, akhirnya si adik meninggal kan saya begitu saja dan bermain sana anak tetangga. Sayapun bergegas untuk berangkat ke kampus.
Dengan sekuat tenaga mengumpulkan kekuatan karena badan masih terasa lunglai dan rasa sakit yang masih nempel di badan. Saya hiraukan dengan pikiran positif. Dah habis keluar ini udah nggak berasa pusing lagi kok, santai aja kaya di pantai. Sepanjang jalan cuma komat kamit dzikir nggak karuan. Entah apa yang keluar di mulut sayapun tak sadarkan diri. Yang penting komat kamit dengan lafadz yang sudah ada di luar kepala.
Sampai di kampus ujung-ujungnya tetap nelat. Yang di schedule jam 09:00 sampai kampus jam 10:00. Memang saya nelat kok. Ternyata teman-teman tidak ada di markas. Mereka pada lesehan di pelataran masjid. Kunci markas yang bawa adalah saya. Dan tak bisa buka markas karena saya nelat. Tak apalah kali kali juga di pelataran masjid biar adem haha. Maafkan kawanmu ini kawan 😂.
Lanjut sayapun langsung bergabung diskusi.
Dari jam 10:00 sampai jam 13:30 rapat pun usai. Alhamdulillah, saya anggap pembahasan kali ini sudah cukup banyak. Teman-teman bergegas ke markas dan langsung main voli.
Mengingat saya yang masih pusing ini, saya coba untuk bergabung main voli agar tak terlalu dibawa pusing penyakitnya. Yang maen semua cowok dan ceweknya saya sendirian.
Main volinya pada ngawur semua termasuk saya juga. Lama nggak main voli pada oleng. Cuma nyuapi bola ke lawan dari servisan voli, begitu mulu sampai capek cuma ngejar bola yang entah larinya kemana-mana.
Tak apa yang penting bikin seneng. Sampai-sampai saat main sayapun tak sadarkan diri terkena bola ke muka. Mantap tiada dua ku rasa. Asli bikin melek. Teman-teman pun pada ketawa. Tak apalah asal mereka senang. Tapi awas kalian ya, ketawa mulu ngeledek, batinku. Kamipun tetap lanjut main lagi. Makin lama makin mahir nih. Nggak cuma nampel bola servisan mulu.
Teringat saya ada agenda untuk jenguk adik. Sayapun bergegas keluar lapangan dan langsung menuju TKP.
Sampai di TKP adik sudah menungguku. Adik minta di antar untuk beli sepatu. Tau kan ya, kalau nganterin orang belanja kaya gimana ? Kebiasaan saya kalau nganter belanja, pasti kliyengan nggak karuan, apalagi nganter adik yang satu ini belanja, bisa dipastikan habis belanja langsung tepar, badan pegel pusing. Soalnya kalau belanja muter-muter nggak jelas. Nggak kaya saya sukanya belanja langsung to the point. Nggak merambah kemana-mana. Dengan raut wajahku yang sudah pucat, saya beralasan, jangan sekarang, asli ini lagi pusing banget, lain kali aja tak anterin tapi jangan sekarang, ya ya. Dan ya adikku pasang muka merengut dan cerewet sambil besengut. Katanya cuma hari ini dia bisa keluar, besok besok ada acara. Debatlah kami sampai akhirnya saya memutuskan untuk tetap tidak mengantarnya karena saking mumetnya. Saya kasih uang saku dan langsung balik pulang. Dia balik badan sambil ya begitulah, bak orang diciprat air pas lagi tidur nyenyak.
Perjalanan pulang masih pusing tak karuan dengan tenggorokan radang ditambah fluu, ditambah lagi sariawan dipojok paling dalam. Hmmmm, nikmat sekali kurasa. Alhamdulillah ya Allah. Sampai di rumah langsung tepar.
Maafkan akakmu ini ya adik-adik ku sayang. Emang kalau lagi sakit kadang kurang bisa diajak kompromi ngapa-ngapain. Jadi nggak bisa nemani kalian semua.
InsyaAllah besok lain waktu. 😊
Btw, ini ngetiknya kayaknya juga banyak ngawur, mohon dimaaf untuk diriku sendiri, semoga di masa depan bacanya juga nggak ngawur.

Comments

Popular posts from this blog

Grafika Komputer

Tradisi Ruwatan Rambut Gembel Dieng, Wonosobo