Kilas Balik "Follow Your Heart"
Terjagaku ditengah malam-malam ditemani dingin dan sunyi sepi. Mengawali niat hati dengan niatan ingin belajar otodidak tentang hal baru. Tak ingin kalah dengan adik sekolah yang masih duduk di bangku SMA, serasa sudah ketinggalan jauh dengannya. Padahal jika dilihat status pendidikan, terlihat jelas lebih tinggi saya, tapi soal skill benar-benar saya belum apa-apanya, miris batin saya. Dan beberapa chat yang membuat diri ini merasa belum bisa berguna di masyarakat, masih menjadi benalu orang tua juga, belum bisa menjadi hamba yang berjalan teguh dijalanNya, pengikut Rasul yang masih banyak sekali cacatnya. Oh sungguh cacatku tak akan cukup ku tulis disini. Biarlah Allah yang memaklumi keadaanku ini dan semoga Allah memberiku ampunan sebanyak-banyaknya.
Ah sudahlah. Mari kita segera berbenah diri. Waktu terus berjalan tanpa berhenti tanpa belok tanpa berbalik. Siapkan diri agar selalu menjadi hari dan pribadi yang terbaik.
Tentang waktu dan masa lalu.
Malam ku ini, aku mencoba sedang berkutat dengan tugas kuliah. Tugas di semester tua. Tak terasa sudah memasuki semester 7. Penuh harapan di semester tua. Harapan yang sudah ku setorkan kepada Rabb ku, harapan dengan penuh keyakinan ku akan terkabul. Aamiin.
Merenung betapa Allah telah memberikan kesempatan ku hingga aku bisa berjalan sampai semester 7 ini. Nikmat rezeki yang tak akan ada tandingannya.
Ketika ku coba kilas balik waktu itu. Ketika aku lulus SMA. Banyak kata hatiku memberikan saran untuk segera melangkah kesana. Melangkah untuk segera melanjutkan ke jenjang bangku kuliah. Segeralah saya mencoba daftar di sebuah PTN lewat jalur nilai akademik.
Kata hati berucap lagi, pilihlah kampus yang bisa untuk menuntut ilmu agama juga. Boleh kamu keluar kota asalkan jangan tinggalkan ilmu agama. Tangan pun memilih X dan sebuah pondok Y.
Dan pada suatu waktu saya mendengar kabar bahwa saya lolos. Betapa hati gembira. Tapi tidak dengan orang tua. Walau sudah izin ingin kuliah disana, tapi orang tua seakan tidak rela melepas anaknya. Dan benar saja. Orang tua kurang ridho, Allah pun kurang ridho. Banyak hal-hal yang terjadi sehingga saya akhirnya memutuskan untuk mengikuti kehendak hati agar mengikuti apa keinginan orang tua. Padahal waktu itu hanya tinggal masa ospeknya saja, tapi ya begitulah jika ridho orang tua diatas segalanya. Apapun jika belum diridhoi pasti ada saja jalan agar yang tak dimau tidak terjadi.
Orang tua hanya ridho dengan 3 hal. Ridho jika kuliah dengan jurusan PGSD, Sekolah Kedinasan (STIS, STAN, IPDN) atau kuliah di kota sendiri. Okefix, karena tidak jadi kuliah di X. Kata hatiku memberikan saran lagi, untuk mencoba daftar mandiri prodi PGSD disebuah PTN Z dan PTN A sesuai keinginan orang tua. Tapi memang belum rezekiku untuk kuliah di prodi PGSD. Coba daftar lagi ke sekolah kedinasan, hanya mampu daftar STAN saja. Lagi lagi belum rezekiku.
Hatiku berucap lagi, Alhamdulillah, berarti kamu harus kuliah di kampung halaman. Anehnya entah kenapa hatiku juga seperti memberikan sebuah kode. "Fit, kuliah di kota sendiri aja, jaga orangtua birul walidain di rumah dan jodohmu juga ada disana lho". Ya seperti itulah kiranya kata hatiku waktu itu. Dengan penuh keyakinan, kubulat tekadkan untuk mendaftar. Pendekar pun berangkat minta restu orang tua. Sampai di kampus saya daftar, tak banyak basa-basi, saya isi formulir dan memilih jurusan yang selinear waktu SMK, walaupun sebenarnya orang tua kurang setuju, tapi sudah ku rayu, bahwa ini yang saya minati, karena yang menjalankan kuliah itu saya, bukan ibu atau bapak, maka paling tidak harus sesuai yang diminati agar tak merasa salah jurusan nantinya, akhirnya orang tua menyetujui. Dan kabar gembiranya saya mendapatkan beasiswa. Bisa menjadi oleh-oleh untuk orang tua nanti ketika sampai di rumah pikirku.
Tak seribet dan serumit seperti daftar PTN. Ya mau PTN ataupun PTS sebenarnya sama saja. Hanya sebuah kepemilikan dan pengelolaan saja yang membedakannya.
Masuk sebagai maba dengan dicekoki berbagai rentetan kegiatan. Hingga tak terasa sekarang sudah memasuki semester 7. Sungguh tak terasa betapa sepertinya cepat sekali. Rasanya baru kemarin ribet ngurus masuk kuliah, sekarang sudah hampir mau wisuda. Semoga selalu dilancarkan Ya Rabb. Aamiin Alhamdulillah ...
Uniqnya lagi, entah kenapa Allah seperti sudah memberikan sinyal dan berbisik, bahwa jodoh saya juga ada di kampus ini. Waktu itu semester 1. Saya bertemu kamu, pertemuan pertama itu hatiku seakan berkata "heh, ituloh jodohmu, ituloh yang dari kemarin-kemarin kenapa akhirnya kamu kesini, itu karena dia". Dan ya, entahlah semenjak itu hatiku benar-benar terpaut hanya satu pada kamu saja. Tak ada yang lain. Nyatanya semenjak itu hatiku selalu berdegup kencang ketika melihatmu.
Wallahu a'lam. Saya hanya mengikuti kehendak hati dan ridho orang tua serta karena ingin birul walidain.
Perjalanan yang penuh nikmat rezeki yang tidak bisa mampu kubeli. Nikmat rezeki yang tidak ada duanya. Syukron ya Rabb. Alhamdulillah.
Semoga selalu dilancarkan sampai wisuda. Menjadi insan yang berguna di jalan Allah, menjadi pengikut Rasul yang semakin menjadi lebih baik lagi, menjadi anak yang berharga di keluarga dan bermanfaat di masyarakat. Aamiin
Comments
Post a Comment